Rangkuman Audit Sistem Informasi


TUGAS 4

RANGKUMAN




Disusun oleh:

Nama          :         Justin Dewangga Putra
Npm           :         13116796
Kelas          :         4KA22




SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019


Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perusahaan yang mengandalkan sistem informasi sebagai perndukung jalannya operasional perusahaan. Untuk mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan, maka pengelolaan informasi sangat dibutuhkan untuk tercapainnya visi dan misi perushaan tersebut.
Semakin berkembangnya teknologi informasi akan semakin banyak ancaman-ancaman yang akan terjadi dari dalam maupun luar perusahaan, misalnya pada pemrosesan komputer. Akan sangat mengkhawatirkan bila terjadi kesalahan dalam pemrosesan di dalam komputer. Kerugian mulai dari tidak dipercayai nya perhitungan matematis sampai kepada ketergantungan kehidupan manusia. Lingkungan sekitar perusahaan juga sangat berperan penting dalam menjaga agar sistem atau aplikasi perusahaan tersebut tetap aman.
Untuk mencegah ancaman-ancaman tersebut perusahaan perlu membuat suatu pengendalian yang dapat menjaga integritas dan keamanan dari suatu sistem atau aplikasi yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan perlu membuat audit sistem informasi agar sistem dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Di dalam audit terdapat pengendalian-pengendalian, salah satunya adalah pengendalian umum. Pengendalian ini merupakan salah satu cara untuk mencegah ancaman-ancaman tersebut.
Teknologi informasi (TI) saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat membantu meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses bisnis perusahaan, tak terkecuali perguruan tinggi. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu pengelolaan TI yang baik dan benar agar keberadaan TI mampu untuk menunjang kesuksesan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Kesuksesan tata kelola perusahaan (enterprise governance) saat ini mempunyai ketergantungan terhadap sejauh mana tata kelola TI (IT Governance) dilakukan.
IT Governance merupakan bagian terkait dengan corporate governance.Beberapa hal mendasar jika dibandingkan dengan corporate governance adalah IT Governance berkaitan dengan bagaimana top manajemen memperoleh keyakinan bahwa Manager Sistem Informasi (Chief Information Officer) dan organisasi TI dapat memberikan return berupa value bagi organisasi.





Rangkuman
a.      Pengertian Audit Sistem Informasi
Audit teknologi informasi atau information systems (IS) audit adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi ini dapat berjalan bersama-sama dengan audit finansial dan audit internal, atau dengan kegiatan pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis. Pada mulanya istilah ini dikenal dengan audit pemrosesan data elektronik, dan sekarang audit teknologi informasi secara umum merupakan proses pengumpulan dan evaluasi dari semua kegiatan sistem informasi dalam perusahaan itu. Istilah lain dari audit teknologi informasi adalah audit komputer yang banyak dipakai untuk menentukan apakah aset sistem informasi perusahaan itu telah bekerja secara efektif, dan integratif dalam mencapai target organisasinya.

b.      Tujuan Audit Sistem Informasi
Tujuan audit sistem informasi adalah untuk meninjau dan mengevaluasi pengendalian internal yang melindungi sistem tersebut. Ketika melaksanakan audit sistem informasi, para auditor harus memastikan tujuan-tujuan berikut ini dipenuhi:
·         Perlengkapan keamanan melindungi perlengkapan komputer, program, komunikasi, dan data dari akses yang tidak sah, modifikasi, atau penghancuran.
·         Pengembangan dan perolehan program dilaksanakan sesuai dengan otorisasi khusus dan umum dari pihak manajemen.
·         Modifikasi program dilaksanakan dengan otorisasi dan persetujuan pihak manajemen.
·         Pemrosesan transaksi, file, laporan, dan catatan komputer lainnya telah akurat dan lengkap.
·         Data sumber yang tidak akurat. atau yang tidak memiliki otorisasi yang tepat diidentifikasi dan ditangani sesuai dengan kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.
·         File data komputer telah akurat, lengkap, dan dijaga kerahasiaannya.

c.       Proses Audit Sistem Informasi
Proses Audit dalam konteks teknologi informasi adalah memeriksa apakah sistem informasi berjalan semestinya. Tujuh langkah proses audit sistem informasi yaitu:
·         Implementasikan sebuah strategi audit berbasis manajemen resiko serta control practice yang dapat disepakati oleh semua pihak.
·         Tetapkan langkah-langkah audit yang rinci.
·          Gunakan fakta atau bahan bukti yang cukup, handal, relevan, serta bermanfaat.
·         Buat laporan beserta kesimpulan berdasarkan fakta yang dikumpulkan.
·         Sampaikan laporan kepada pihak yang berkepentingan.
·         Pastikan bahwa organisasi mengimplementasikan managemen resiko serta control practice.

d) Framework Audit TI
1.      COSO
COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission), sebuah organisasi di Amerika yang berdedikasi dalam meningkatkan kualitas pelaporan finansial mencakup etika bisnis, kontrol internal dan corporate governance. Komite ini didirikan pada tahun 1985 untuk mempelajari faktor-faktor yang menunjukkan ketidaksesuaian dalam laporan finansial
Pada awal tahun 90-an, Price waterhouse Couper bersama komite ini melakukan extensive study mengenai kontrol internal, yang menghasilkan COSO Framework yang digunakan untuk mengevaluasi efektifitas kontrol internal suatu perusahaan. Sejak itu, komunitas finansial global, termasuk badan-badan regulator seperti public accounting dan internal audit professions, telah mengadopsi COSO. Hal ini juga bernilai untuk perusahaan manapun yang ingin memastikan sistem kontrol internalnya dengan menggunakan standar internasional.
Kerangka kerja COSO terdiri atas 3 dimensi :
a.       Komponen kontrol COSO
COSO mengidentifikasi 5 komponen kontrol yang diintegrasikan dan dijalankan dalam semua unit bisnis, dan akan membantu mencapai sasaran kontrol internal, yakni monitoring, information and communications, control activities, risk assessment, dan control environment.
b.      Sasaran kontrol internal. Sasaran kontrol internal dikategorikan menjadi beberapa area, yakni :

1.      Operations, efisisensi dan efektifitas operasi dalam mencapai sasaran bisnis yang juga meliputi tujuan performansi dan keuntungan.
2.      Financial reporting, persiapan pelaporan anggaran finansial yang dapat dipercaya.
3.      Compliance, pemenuhan hukum dan aturan yang dapat dipercaya.
c.       Unit/aktifitas terhadap organisasi. Dimensi ini mengidentifikasikan unit/aktifitas pada organisasi yang menghubungkan kontrol internal. Kontrol internal menyangkut keseluruhan organisasi dan semua bagianbagiannya. Kontrol internal seharusnya diimplementasikan terhadap unit-unit dan aktifitas organisasi.

2.      FIPS 200
FIPS (Federal Information Processing Standard) adalah sebuah framework yang pertama kali diterbitkan pada Maret 2006, dengan pengembang dan penerbit dari standar ini adalah organisasi bernama The National Institute of Standard and Technology (atau disingkat sebagai NIST). Framework ini dirancang sebagai framework audit teknologi informasi (TI) di lembaga-lembaga milik pemerintah Amerika Serikat, yang artinya adalah penerapan framework ini hanya dapat dilakukan di dalam wilayah Amerika Serikat itu sendiri.
Salah satu framework FIPS yang diterbitkan oleh NIST adalah FIPS Publication 200 (sering disebut sebagai FIPS PUB 200 atau FIPS 200 saja), dengan standar yang didefinisikan merupakan standar audit TI untuk kategori keamanan yang diaplikasikan dalam proses pengembangan, penerapan serta pengoperasian dari sistem TI yang aman.

3.      CMMI
Capability Maturity Model Integration (CMMI) adalah model peningkatan proses yang bertujuan  membantu organisasi dalam meningkatkan kinerja. CMMI dapat menjadi acuan peningkatan proses bagi penyediaan produk dan layanan di tingkat proyek. CMMI terdiri atas kumpulan best practices yang menggambarkan karakteristik dari sebuah peningkatan proses yang efektif .CMMI pada awalnya dikenal sebagai Capability Maturity Model (CMM) yang dikembangkan oleh Software Enginnering Institute di Pittsburgh pada tahun 1987. Namun perkembangan selanjutnya CMM menjadi CMMI. CMMI mendukung proses penilaian secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan kuisioner dan dikembangkan secara khusus untuk perangkat lunak yang juga mendukung peningkatan proses. CMMI adalah suatu pendekatan perbaikan proses yang memberikan unsur-unsur penting proses efektif bagi organisasi. Praktik-praktik terbaik CMMI dipublikasikan dalam dokumen-dokumen yang disebut model, yang masing-masing ditujukan untuk berbagai bidang yang berbeda.

Maturity Level CMMI
Beberapa tahapan level yang ada pada CMMI adalah sebagai berikut : 
1.      Maturity Level 1 – Initial
Secara umum, organisasi yang berada pada level 1 adalah organisasi yang belum menjalankan CMMI. Tidak terdapatnya proses yang standar dalam pengembangan IT, banyak perubahan yang bersifat ad-hoc (begitu terdapat defect, langsung di coba diperbaiki tanpa melihat penyebab utama secara menyeleruh) dan sangat sedikit kontrol. Organisasi semacam ini umumnya sangat tergantung terhadap orang, tidak tergantung kepada sistem.  Organisasi tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mendukung proses. Sukses ditentukan oleh kompetensi orang-orang dalam organisasi. Walaupun  mampu menghasilkan produk atau layanan yang baik, namun proyek melebihi anggaran ataupun tenggat waktu yang dijanjikan. Sering kali pada level ini menemukan beberapa krisis seperti, kelebihan budget yang telah disusun dan juga tidak konsisten pada proyek yang lainnya.  Dan pada level ini memiliki beberapa ciri khas seperti berikut ini:
·         Tidak adanya manajemen proyek.
·         Tidak adanya quality assurance.
·         Tidak ada dokumentasi.
·         Sangat bergantung pada kemampuan individual.

2.      Maturity Level 2 – Managed
Pada level ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang terjadi saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan. Dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan proses yang terjadi saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakannya. Dan fokus pada tahap ini adalah pada project management dan sudah bukan pada pengembangan pada sistem lagi. Dalam proses pengembangan sistem akan selalu diikuti dan akan berubah dari project ke project yang lainnya. Dan hasil dari pekerjaannya merupakan memonitor,meninjau serta memberikan evaluasi untuk menjaga konsistensi pada informasi yang telah diberikan. Dan repeatable ini memiliki ciri sebagai berikut:

·         Kualitas software mulai bergantung pada proses bukan pada sumber dayanya.
·         Ada manajemen proyek sederhana.
·         Ada quality assurance sederhana.
·         Ada dokumentasi sederhana.
·         Ada software configuration manajemen sederhana.
·         Tidak ada komitmen untuk selalu mengikuti SDLC dalam kondisi apapun.
·         Rentan terhadap perubahan struktur organisasi.

3.      Maturity Level 3 – Defined
Pada level ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2 dan Level 3. Proses dilihat dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi tersebut, menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain menjadi milik organisasi.
Dari hasil penggunaan proses standard tadi maka akan menghasilkan hasil yang konsisten dan terdokumentasi dengan kualitas yang baik dan layak untuk dikirim. Proses ini sudah bersifat stabil dan terprediksi dan dapat diulang. Dan pada proses ini memiliki ciri sebagai berikut:
·         SDLC (System Development Life Cycle) sudah dibuat dan dibakukan.
·         Ada komitmen untuk mengikuti SDLC dalam keadaan apapun.
·         Kualitas proses dan produk masih sebatas hanya kira-kira saja.
·         Tidak menerapkan Activity Based Costing.

4.      Maturity Level 4 – Quantitatively Managed
Pada level ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada pada Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses ditetapkan dam digunakan sebagai kriteria dalam manajemen proses. Perhitungan yang rinci dari standard proses pengembangan sistem dan kualitas produk secara rutin akan dikumpulkan dan di simpan dalam database. Terdapat suatu usaha untuk mengembangkan  individual project management yang didasari dari data data yang telah dikumpulkan. Pada level ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
·         Sudah adanya Activity Based Costing dan digunakan untuk mengestimasikan untuk proyek berikutnya.
·         Proses penilaian kualitas perangkat lunak dan proyek bersifat kuantitatif.
·         Terjadi pemborosan biaya untuk pengumpulan data karena proses pengumpulan data masih dilaukan secara manual.

5.      Maturity Level 5 – Optimized
Pada level ini suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. Proses ini merupakan level terakhir pada CMMI Maturity level dan pada proses ini pengembangan sistem yang telah distandardisasikan akan terus di monitor dan dikembangkan terus yang didasari perhitungan dan analisis data yang telah dibentuk pada level sebelumnya. Dan pada level ini perusahaan atau suatu organisasi telah mencapai seluruh tujuan yang ada pada level sebelumnya dan akan berfokus pada peningkatan proses dan juga merubah teknologi yang terbaik untuk digunakan dalam menunjukan aktivitas yang diperlukan dalam pembangungan maupun pengembangan sebuah sistem.

Sumber
[1] https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/view/361/238
[2]  https://ivanhalim110.wordpress.com/2016/10/03/cmmi-capability-maturity-model-
       integration/
[3] http://mohammadfaisal17144.blogspot.com/2019/01/fips-200-isoiec-19770-1-dan-nist-800-
      14.html
[4]  https://sauqigobel.wordpress.com/2017/10/03/makalah-audit-teknologi-sistem-informasi/
[5]  http://axelmaramis-unsrat.blogspot.com/2017/05/implementasi-framework-coso-
       internal.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS REVIEW JURNAL (WIRESHARK)

PROFESI PADA BIDANG SI/TI DAN TREND SI/TI PADA SAAT INI

TREND SI/TI MASA DEPAN DAN DALAM BIDANG BISNIS

ITIL (INFORMATION TECHNOLOGY INFRASTRUCTURE LIBRARY) & STRATEGI LAYANAN ITSM

DESAIN & TRANSISI LAYANAN

OPERASI LAYANAN & PENGELOLAAN LAYANAN BISNIS

TUGAS SISTEM KEAMANAN TEKNOLOGI INFORMASI 3